CERBUNG PELANGI DALAM SAKURA *4th Chapter*

Pelangi Dalam Sakura
*4th Chapter

Yang ditunggu sudah pulang, Beby dan Subhan yang ada di Base mulai keluar, berjalan dilorong sekolah sampai akhirnya mereka didepan. Menyetop sebuah taksi dan keduanyapun pergi, menuju tempat yang diminta Subhan.
Taksi warna Merah berstrip Putih itu berhenti di sebuah pusat perbelanjaan gede yang ada di pusat kota Jogja, Subhan dan Beby memasuki tempat itu, mereka terlihat seperti pasangan ABG-ABG yang sedang menjalin Cinta Monyet, hendak menghabiskan waktu dan sisa uang jajan juga tabungan sebulan mereka, untuk bermain dan makan di Mall itu. Keduanya mulai mengitari Mall untuk mencari apa yang dicari, dan kembali. . . *Adminnya dengan sengaja bikin scene Shania tidak sengaja melihat Beby dan Subhan yang sedang berada di toko accesoris bola kristal.

Setelah dijemput Ve, Shania tidak langsung dibawa pulang oleh kakaknya itu, tapi di seret untuk menemaninya belanja dulu, dan akhirnya ketemu deh sama Beby dan Subhan yang sedang memilah-milih dengan wajah mereka yang tampak senang. Shania terlihat kesal, dan sepertinya merasa panas melihat hal itu (ABG terserang syndrome Jelous :D). Cukup untuk Shania melihat Beby dan Subhan kala itu, dia dengan cepat menarik tangan kakaknya untuk keluar dari Mall.
"ayo pulang!" ucapnya dengan sedikit nada bentakan
"nanti aja kakak belum selesai!"
"Shania mau pulang sekarang, Ahh!" kembali berucap sambil memegang pergelangan tangan kakaknya dan menyeretnya untuk keluar dari gedung megah itu.

"Heii- kamu kenapa sih? Sampai nyeret-nyeret kakak segala, gak sopan tahu!" ucap Ve saat mereka sampai di depan Mall
"Shania mau pulang, lagian kakak di Mall lama banget sih! Dari tadi muter-muter gak jelas!!"
"bukan muter-muter gak jelas, emang yang kakak cari belum kakak temuin! Suka seenaknya ya jadi anak!!" kesal Ve pada adiknya itu.
"jadi mau pulang gak nih?" tanya Shania dengan mukanya yang ditekuk
"kenapa jadi kamu yang marah? Yang diseret kan kakak! Harusnya kakak dong yang marah!!"
"nanti kakak bilangin sama Mama, kamu udah gak sopan sama kakak kamu sendiri!" ancam Ve tidak sungguh-sungguh
"bodo! Mama nya juga gak pernah ada di rumah!!" jawabnya dengan tangannya memanggil Taksi,
"idihh, ni anak kelakuannya. Cuaca adem gak panas, tapi tingkah kamu barusan kayak kebakaran! Wajah ditekuk, amarah meletup, bibirnya manyun, lengkap tu wajah... jeleknya!" Shania tidak menghiraukan kakaknya yang masih ngedumel akan tingkahnya. Ve hanya bisa menghela nafas, kemudian masuk kedalam taksi dan meninggalkan Mall itu.

---
Keesokan pagi... Beby seperti biasa, lebih dulu keluar rumah untuk menghampiri Shania, hari ini Beby membawa sepeda.. sebuah sepeda mini yang sudah bercat warna-warni persis seperti pelangi, dan di bagian keranjangnya ada ada sebuah gambar pohon sakura, apa yang terlihat di sepedanya kini adalah hasil pekerjaan ia dan Shania, dengan modal uang yang mereka tabung sisa dari uang sakunya.

"Shaaaaaania..."
Panggil Beby begitu penuh semangat, ia menggerak-gerakan ujung telapak kakinya diaspal.
"Selamat pagiiiii, Shaniaaaaa... sekolah yuk!"
Wajah Beby terlihat begitu sumringah, beda dengan Beby yang kemarin pagi.

Beby tidak langsung masuk kerumah Shania. biasanya kalau tidak ada jawaban dari Shania yang masih didalam, Beby langsung menerobos masuk (serasa rumah sendiri :-D). Ia ingin sekali cepat sampai di sekolah, karena sudah ada janji sama Subhan... sebelum bell masuk, mereka akan melakukan pertemuan rahasia. Entah apa yang kemarin mereka bicarakan di mall, setelah berputar-putar masuk satu toko keluar toko lainnya sampai ada beberapa toko yang mereka masuki dan akhirnya mereka beristirahat di foodcourt

"Shaaaaa..-"
"Masuk Beb, bukan teriak-teriak diluar kayak gitu! Biasanya juga langsung masuk!!"
"Ehh.. Kak Ve  hehehee.. Beby buru-buru kak, makanya manggil Shania dari sini, biar dia cepet keluar.. heheee" ... "maaf ya Kak, udah bikin berisik!" Jelas Beby dengan wajah setengah malunya
"Hmm-- ya udah.. ayo sini masuk dulu, Shania lagi siap-siap kok!"
"Iya Kak, makasih.."

"Ada apa sih? Pagi-pagi udah rame!" Suara Shania muncul, dari belakang tubuh Ve.
"Tuhh, tuan putri udah siap Beb.." ... "kapan ni anak satu mau berubah? Sekali-sekali kamu dong yang datengin Beby, buat berangkat kesekolah... apalagi sebentar lagi kan kita mau pind,-" "Haaaaa---- cerewet amat si nih punya Kakak!" Shania memotong ucapan Ve yang akan bilang pindah, Beby mengerung sebentar... tapi dia sudah bisa menebak apa yang akan diucapkan Ve.
"Mau pin... apa Kak?" Tanya Beby berpura-pura, ingin melihat apa Shania akan bicara soal itu sekarang atau tetap membisukan dirinnya.
"Pin... BB... iya itu maksud Kak Ve, pin BB," Beby hanya bisa diam dalam kuncian mulutnya, namun dalam hati merasa kesal karena Shania tidak mau jujur juga. "Maksudnya aku sama Kak Ve bentar lagi bakal punya pin BB, jadi aku bisa BBM kamu kalo nanti aku udah siap buat kesekolah... heheuheu.. itu, iyaaa.. itu!"
'Aduh Shaniaaa.. alasan apa yang sedang kamu buat di depan Beby, bego!' Kata hati Shania.
Beby hanya merespon 'Ohh' dan Ve menatap Shania, sepertinya Ve bisa menebak apa yang ada dipikiran adiknya yang punya tinggi badan sama tinggi dengannya itu.

"Yuk, Beb berangkat..." lanjut Shania dengan berpura-pura melihat jam ditangannya

"Eh ya kok tumben sih, pagi-pagi gini udah berangkat!" Tanya Shania setelah mereka berpamitan pada Ve dan mulai meluncur di jalan beraspal grey.
"Ada urusan sebelum bell masuk." Jawab singkat Beby dalam kayuhannya.
Shania mencoba membuat kemungkinan akan urusan Beby, dan tiba-tiba pikirannya membuat alur kemarin dilorong sekolah dan di mall.
'Apa Beby mau ketemu sama si Uchub?' Hatinya sambil melihat punggung Beby 'apa yang aku lihat kemarin disekolah sama di mall... apa jangan-jangan mereka kemarin udah jadian?!' Terkanya ngelantur sana-sini

" urusan apa sih? Aku diajak gak?" Tanya Shania, memancing
"Adadehhhh, mau tahuuuu aja! Aku gak ngajak kamu, ini urusan ekskul bas..ket" jawab Beby dengan senyum menghiasi wajahnya dan kembali menggunakan excuse basket sebagai penyamaran.
" emm-- jadi mau rahasia-rahasiaan ni?"
"Kalo bikin keadaan baik-baik aja.. kenapa enggak, main rahasia! Lagian kalo soal main rahasia-rahasiaan sama kamu... udah pasti aku kalah, iya kan?" Jawaban Beby membuat Shania tertegun, Beby mengulaskan senyum membayangkan wajah Shania setelah dia bicara seperti itu.

Detik berikutnya, Beby trus mengayuh tanpa ada lagi obrolan dari kedua belah pihak. Dan akhirnya sepeda mini itupun sampai di sekolah setelah 29 menit lamanya, menyusuri aspal.

"Aku langsung ke base ya.. sampai ketemu dikelas nanti dadaahh" ucap Beby dengan memberikan lambaian pada Shania yang masih mengerung ditempat semula (tempat parkir sepeda)
"Aissss,, aku dikacangin ama si Beby! Kenapa si tu anak?" .... "aku ikutin gak yah?" Shania bicara sendiri dengan nada pelan "tapi... kalo Beby tahu aku ngikutin bisa-bisa dia marah lagi" ... "tapi lagi... aku penasaran, si Beby beneran ke base ekskul atau ..." pikiran Shania tertuju pada Subhan "kenapa jadi gak enak gini ya? .. akuuu..-"

"Aku kenapa?"
Suara dari Aji yang tiba-tiba datang membuat Shania terperanjat kaget "woyy,, woles aja kali.. ini gue Aji, bukan Drakula! Pake sok kaget segala lagi!"

"EeHhhh... AaaJJjii.. lu bisa gak sih gak ngagetin orang? Kalo jantung gue tiba-tiba copot gimana? Mau tanggung jawab lu!" Bentak Shania karena kaget

"Hahahaaaaa.. jantung lu copott? Disini? Ya... gue pungut lah, kan lumayan buat koleksian, huahahaa " jawab Aji seenak jidatnya.

"Lu pikir itu lucu? Muka lu tuh yang LUCU! Puas lu!"

"Galak amat si lu ama gue, nyantei aja kali... lagian lu, pagi-pagi udah ngomong sendiri! UNas nya masih seminggu lagi, gilanya udah dari sekrang? Hahaaa..." ledek Aji dengan penuh semangat

" luu! Bicara lagi gue sumpelin ni iket rambut ke mulut lu, biar bisa diem!" Ancam Shania.

"Ouuuhh,, takut! Shania mulai ngeluarin taring aslinya.. kabur ahh, daripada kena lebih dalam, hahaaa" sahutnya dengan wajah gimik meledek pada Shania. "Ampun Shan, gue takut sumpah deh!"

"Lu kenapa sih..? Pagi-pagi udah bicara sendiri di parkiran! Ada masalah ya?" tanyanya kemudian dengan ekspresi sedikit serius, Shania mengerung melihat Aji yang sok care "eh, ya... si Beby mana Shan? Kok gue gak liat dia sama lu sih?" Lalu si Aji celingukan

"Nih ya gue jawab, gue gak kenapa-kenapa.. urusan gue ngomong sendiri disini itu bukan urusan lu. Dan Beby... dia ke base basket, katanya ada kumpul sama teman-temannya! Puas sama jawaban gue?" Aji diam memproses ucapan Shania yang cepat "udah ahh, gue mau ke kelas! Sumpek liat muka lu pagi-pagi" Shania mulai menggerakan kakinya

"Kumpret, pake bilang muka gue sumpek segala! Kagak bilang kucel aja apa sekalian, biar lebih puas gitu!!" Sahut Aji ditanggapi senyum lebar Shania.
"Tadi lu bilang Beby ke base ekskul" Shania mengangguk, mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas "lu lagi ngebohongin gue? Gue kan juga anak ekskul basket, seingat dan pastinya benar... pagi ini gak ada kumpul sama anak-anak + pelatih juga!" Shania cukup kaget mendengar ucapan Aji.
"Lu yakin...?" Aji mengerung lalu mengangguk.
"Sangat, amat yakin! Cuma kemarin pas istirahat aja kita kumpul, sisanya nanti pas weekend.. sebelum kita UN!"
Shania memikirkan dalam ucapan yang dia dengar
'Beby emang lagi nyembunyiin sesuatu dari aku!' ... 'apa jangan-jangan tebakan aku benar, kalo Beby itu suka sama si Uchub!'
"Shan, jadi si Beby dimana?"
'Kok dia gitu sih, sekarang main belakang lagi!' Wajah Shania mengerung tajam, tidak menghiraukan kicauan si Aji
"Shan... wouyyyy Shaniaaaaaa!" Teriak Aji membuat Shania menatapnya begitu tajam dan dingin
"Apa si lu? Berisik tahu gak! Beby gak ada sama gue, kalo mau tahu cari aja sana!!" Ucapnya dengan suara keras, lalu mempercepat langkahnya dan meninggalkan Aji
"Busett, mau UN... kelakuannya pada aneh-aneh, ckckck-- salut gue ama si Uchub, kok dia bisa suka ya? Sama cewek cerewet + galak kaya si Shania!!" Celoteh Aji sendirian.

Shania sampai di kelas, dia melamun sendiri.. banyak yang sedang bermain di pikirannya, tentang UN, pindahan, ditambah sekarang tingkah Beby sama Subhan.
*teng...tong...teng...teng...teng...teng...tong...teng* (ceritanya suara bell masuk)

Beby masuk kelas, dia melemparkan senyum pada Shania yang melihat kedatangannya, Shania membalasnya, namun saat melihat dibelakang Beby muncul sosok lain yang tak asing... adalah Subhan, Senyum Shania jadi diikuti kerungan kecil di dahinya, 'jadi bener... dia ketemu sama si Uchub, bukan sama anak-anak eksul basket!' 'Apa yang sebenarnya sedang terjadi nih? Si Beby gak ngomong lagi!' Kesal Shania dalam hati.

Karena rasa kesal yang sedang menjamah hati dan pikirannya, Shania jadi tidak bercerewet ria pada Beby, dia diam.. dan Beby pun tidak ambil pusing sepertinya, karena dia juga ikut diam, sampai pengajar pun datang....

Masuk jam istirahat, Shania yang diajak Beby untuk mencari makanan ke kantin menolak. Tidak biasa nya dia menolak ajakan Beby!
"Ke kantin yuk? Aku gak bawa bekal nih!"
"Gak ah, aku kan udah bawa bekal!" sahut Shania rada ketus, Beby mengerung
"Hmm.. ya anterin dong, masa aku ke kantinnya sendirian! Mau ya?" Kembali Beby mengajak dan meminta
"Tadi pagi juga kamu ke BASE kan SENDIRIAN! Masa sekarang ke kantin minta di temenin!!" Sindirnya dengan menekan kata Base dan Kantin "Sendirian bisa kali, iya kan?!"

'Shania kenapa nih? Kok jawabnya ketus gitu!' Pikir Beby

"Ya udah kalo gak bisa nemenin, aku cari makan sendiri aja deh!" Ujar Beby dengan meninggalkan senyumnya.

Saat Beby berjalan dan beberapa inchi lagi akan keluar dari kelas, tiba-tiba Subhan memanggilnya. Dan adegan yang sedang terjadi di dekat pintu kelas itu sontak membuat Shania menjadi semakin dan semakin kesal.

"Beb, lu mau ke kantin?!" Beby mengangguk "bareng ya.. gue juga mau nyari makan nih!" Kembali dia mengangguk dengan senyum lebarnya

"Weitsss, jangan gitu dong Chub. Kan gue yang lagi ngeceng Beby, masa lu nyerobot bagian gue sih!" Celetuk Aji yang tadi berlari kecil untuk menghampiri Beby dan Subhan.
"Apaan si lu.. lu pikir si Beby sasaran tembak, pake di keceng segala!"
"Emang, dia kan sasaran tembak.... hati gue.. hehehee" jawab Aji sambil cengengesan ke arah Beby.
"Hahahhaaa.. Beb, lu mau muntah gak? Kalo mau yuk gue temenin! Hahahaaa" ledek Subhan diikuti senyum Beby yang kalem
"Asemm lu Chub, bukannya bantuin.. malah ngeledek! Udahan ahh, yuk cabut ke kantin!!"

***
Waktu tak perlu di hitung, kalender tak perlu di tandai.. dia akan datang dengan kisah berbeda ditiap harinya. Besok Ujian Nasional, setelah kejadian lalu yang terjadi 2hari berturut-turut, ternyata menjadi berlarut entah dengan judul apa, Beby dan Subhan terlihat sangat amat akrab, jauh dari mereka yang dulu, sikap keduanya membuat Shania menjadi kesal dalam kecemburuan yang tidak seharunya di rasakan, dia jadi bersikap dingin pada Beby. Beby bukan tidak merasakan perubahan Shania, tapi dia tidak tahu lagi harus bertanya seperti apa. Karena ia sudah pernah bertanya beberapa kali dengan pertanyaan umum yang berakhir dengan kediaman, bukan jawaban yang di dapat.
'kamu kenapa?' Jawaban Shania 'aku gak apa-apa' terus sambung lagi dengan pertanyaan kedua 'sikap kamu kok beda sih rasanya!' Dengan biasanya Shania menjawab 'masa sih? Biasa aja ah!' Dan setelah itu berakhir dalam diam.

Pertanyaan Beby ulangi, tapi kembali hanya dapat jawaban santai nan dingin dari Shania. Mungkin inilah fase terberat yang dijumpai kedua sahabat karib itu, perasaan yang masih banyak dikuasai kelabilan, dari sebuah rahasia pindahan keluarga, lalu rahasia hati, yang sebenarnya tidak perlu menjadi rumit kalau saja keduanya bisa saling jujur dalam keterbukaan. Namun itulah keduanya, maksud hati tidak ingin memberi kesedihan pada sahabatnya.. ujung-ujungnya malah jadi saling menyakiti dalam kerudung rahasia.


UN hari pertama mulai, Beby berjalan ke rumah Shania.. tapi kali ini, untuk yang ke4 kalinya secara berturut-turut, Beby tidak lagi bareng sama Shania. Dia sudah berangkat ke sekolah lebih dulu.

"Kalian lagi kenapa? Kok beberapa hari ini kak Ve perhatikan, Shania suka berangkat lebih dulu ke sekolah, dan... kakak juga jarang liat kamu main kemari!? Tanya Ve pada Beby diteras depan.
Beby menggeleng dengan wajah berpikir "gak ada apa-apa kak! Mungkin... Shania ada urusan dulu kali di sekolah, makanya dia suka berangkat duluan!" Jawab Beby dengan sedikit penjelasan "hari ini kan kita UN, jadi ya... Beby sibuk belajar kak, biar UN nya maksimal!" Lanjutnya untuk menjawab pertanyaan kedua Ve.
"Yakin! Gak ada apa-apa?" Telisik Ve
Beby menggeleng pasti
"Hmm-- ya sudahlah, kalian udah pada mau remaja.. pasti bisa tahu gimana cara jaga hubungan persahabatan kalian, tanpa dibalut perasaan labil  iya kan?!" Ucap Ve,
Beby hanya menyunggingkan senyum, lalu pamit pada Ve yang sudah dia anggap kakak kandungnya.

---
"Aku tadi ke rumah kamu loh.. tapi kata kak Ve kamu udah berangkat!" Keluh Beby pada Shania, masih ada beberapa menit sebelum UN dimulai, Beby menghampiri Shania keruangannya, sebelum iya masuk keruangannya sendiri. Mereka berdua terpisah ruangan sesuai absensi namanya.

"Aku buru-buru, ada yang harus aku tanyain sama pak Arsyi (wali kelasnya)" singkat Shania dengan wajah datarnya.
"Ohh.." mulut Beby 'Dia lagi kesal sama apa sih sebenarnya? Kayaknya dalem banget!' Telusur Beby dalam hati, dia sama sekali tidak kepikiran soal tingkahnya dengan Subhan yang menurut sahabatnya itu ada yang Wah diantara mereka berdua.

"Shania.." panggil Beby, Shania menoleh "kamu marah sama aku ya?" Kerung Shania menanggapi tanya Beby
"kenapa aku harus marah sama kamu?" tuturnya.
"Tingkah kamu akhir-akhir ini.. aku rasa beda!" Jelas Beby "dimananya? Tingkah ku biasa aja, gak ada yang beda! Tingkah kamu aja kali yang beda!" Sahutnya dengan diakhiri sindiran.
"Aku.. (nunjuk diri sendiri)... apanya yang beda? justru aku heran sama kamu, setiap kali aku ajak ke kantin kamu selalu cari alasan buat nolak. setiap aku cerita, kamu nanggepin acuh tak acuh. Pas aku ngajak buat belajar bareng.. kamu nolak juga. Aku ngerasa, kamu kayak lagi nyiptain dinding buat aku bisa bersentuhan sama kamu! Ada apa sih sebenarnya?" Panjang lebar Beby demi mendapat jawaban dari keheranannya.
"Aku udah selalu bilang.. Gak Ada Apa-Apa! Apa itu kurang jelas!?" Dengan ketusnya Shania menjawab.
"Kayak gini gak ada apa-apa? Gimana kalo ada apa-apa? Aku bukan cuma dicuekin, tapi di bunuh juga kayaknya!" Tanggap Beby dengan sedikit emosi meletup "dari awal.. #eh, salah. aku gak tahu kapan awalnya itu... kamu emang udah ada apa-apa sama aku, selama ini aku diam bukan berarti gak tahu! Mungkin kamu emang gak mau liat senyum aku, tapi kesedihan aku. karena tidak mendapat kejelasan dari sahabat aku sendiri yang ternyata akan pi-" letupan emosi Beby terhenti karena bell masuk berbunyi, dan tandanya... Ujian Nasional akan segera dimulai. Shania mengerung untuk menebak ucapan Beby yang terpotong.

"Pulang ujian aku mau bicara sama kamu! Aku harap kamu mau" pinta Beby sebelum keluar ruangan.

Hening.. Hening sekali suasana di setiap sudut ruangan SMP Shakusi Jogja pagi itu, semua murid tingkat akhir sedang bergelut dengan soal-soal yang sudah disiapkan oleh pemerintah dari jauh-jauh hari sebelumnya. Katanya sih soal-soal yang sekarang sedang dikerjakan oleh semua murid tingkat menengah pertama itu adalah alat untuk mereka bisa melepas seragam mereka kini, dan masuk ketingkat selanjutnya. Tapi kalo dipikir... ah sudahlah tidak usah dipikirkan, tidak akan habis jika terus dipikirkan !

Ujian hari pertama dengan mata pelajaran Bhs. Indonesia selesai, semua murid keluar dari ruangan, Shania membereskan peralatan tempurnya dan mulai berdiri dari tempat duduknya, dia yang paling terakhir keluar dari ruangan itu. Saat Shania berjalan.. dia melihat keluar pintu dimana Beby sudah menunggunya, dan... dia juga melihat Subhan yang satu ruangan dengannya sedang berbincang dengan Beby, wajah Shania kembali memperlihatkan kekesalannya 'sahabat macam apa dia!?' 'Udah tahu sahabatnya sendiri suka sama cowok itu, ehh malah dia yang gencar deketin! Dasar muna!!' Gerutunya dalam hati. Shania yang awalnya memang enggan memenuhi permintaan Beby untuk bicara, menjadi semakin enggan saja. Dia enggan bicara dengan Beby karena dia takut akan kenyataan kalau saja Beby bicara tentang dirinya dan Subhan, apalagi pemandangan didepannya kini membuat Shania semakin kuat mensugesti dirinya sendiri kalau alur dari pembicaraannya nanti dengan Beby akan menyangkut soal Subhan.

Tanpa melihat Beby dan Subhan, Shania berjalan melewati keduanya..

"Shania.." Subhan melihat kearah Beby yang menyebutkan nama Shania.
Tanpa permisi atau basa-basi apapun, Beby berlari menghampiri Shania; Subhan hanya bisa diam ditempat.

"Shan.. Shania..." Shania tidak menoleh ataupun berhenti, Beby mendengus kesal "Shania.. Shanju!" Akhirnya Beby bisa mengejar Shania dan menghentikan laju kakinya.
"Kamu kok main pergi aja sih? Aku barusan nunggu kamu depan ruangan kamu!" Protes Beby
"Ngapain kamu nungguin aku? Bukannya kamu lagi nungguin dia!" Jawab Shania sambil melihat sekilas kearah Subhan, Beby mengerung "dia? Uchub?!" Kata Beby "tahu deh, iya kali!" Dengan nada kesalnya Shania berucap singkat. Beby berpikir sejenak lalu... dia malah tertawa, padahal sikap Shania padanya begitu ketus dan dingin.
"Hahahaaa.. kamu... kamu cemburu ya?" Setengah teriak Beby menggoda Shania
"Gak lucu! Siapa juga yang cemburu!?" Jawabnya masih masang tampang dinginnya. Shania kembali berjalan untuk meninggalkan Beby yang malah terkikih sendiri memikirkan wajah manyunnya Shania yang akhir-akhir ini Terpampang nyata menaungi wajah "dewasa" nya Shania.

"Shanju, tunggu..!" Beby berjalan dibelakang shania untuk kembali mengejar sahabatnya yang cerewet tapi begitu sensitif. "Maaf... Maaf.... gak ada maksud apa-apa kok yang barusan!"

"Ok, Stop disini!" Beby merentangkan tangannya didepan Shania untuk menghentikan laju cepat langkah Shania "aku mau beresin kesalahpahaman ini, sebelum semakin dalam dan membuat kamu menarik diri semakin jauh dari aku!" Shania merapatkan alis matanya

"tadinya aku hanya bisa menebak-nebak tentang tingkah kamu yang akhir-akhir ini berubah dingin sama aku, tapi sekarang aku akhirnya ngerti... bodoh memang karena aku kurang peka terhadap kedinginan kamu!" Beby mulai bercerita; Shania menyimak. "Aku gak tahu apa saja yang sudah kamu lihat antara aku sama Uchub, mmm-- mungkin beberapa kali kamu mergokin aku ngobrol seru sama dia, berduaan sama dia dengan sebelumnya aku excuse sama kamu dengan alasan lain, atau... ada mungkin scene yang parah yang sampai akhirnya membuat kamu benar-benar menarik diri menjauhi aku!" Senyum Beby melihat wajah Shania kini.

"Dan Kamu... cemburu sama kedekatan aku sama si Uchub kan?" Ucapan Beby kini membuat Shania terperanjat "aku bisa lihat dari gesture kamu barusan (Beby mengulaskan senyum).. benarkah, kamu cemburu dengan semua kedekatan aku sama Uchub!?" Kembali Beby memastikan, Shania masih bungkam. "ya udah kalo kamu gak mau terus terang, aku juga gak akan ngasih tahu kamu apa status aku sama si Uchub!" Ancam Beby dengan wajah serius, mereka berdua saling diam, posisinya tidak jauh dari gerbang sekolah. Beby menunggu Shania bicara; Shania ingin sekali bicara 'ya' tapi dia tidak tahu bagaimana cara memulai kalimatnya.

"Okey, kamu gak mau ngakuin ataupun menyangkal pertanyaan aku, jadi... biar aku aja deh yang ngalah dan memperjelas semuanya!" Kata Beby, Shania menatap sahabatnya. "Sebenarnya... dari waktu Uchub nawarin aku buat main ke mall, mungkin kamu tahu soal itu, Karena aku ngerasain sesuatu yang beda setelah hari itu! Aku merasa senang, sangat senang malah.. disana dia ngajak aku berputar-putar mencari sesuatu, terus.." Shania merasa mulai panas, dia mengingat lagi apa yang dia lihat di mall "dia ajak aku buat makan siang, dan disana.. kita ngobrol sana-sini sambil bercanda, ya... serulah pokoknya!" ... "terus lagi.. setelah kejadian itu, tanpa kita sadari kita malah jadi dekat! Dia selalu ngirim aku sms untuk bisa bertemu di dekat lapangan basket. Hanya untuk sekedar mendengar cerita dia yang berlanjut jadi saling cerita satu sama lain" kenang Beby, dan Shania menjadi semakin panas, apalagi dia pernah lihat Subhan merangkul Beby dari samping dengan tangan kirinya dan tangan kanannya menyeka air mata Beby. "Uchub sosok yang bisa diajak becanda dan juga bisa jadi dewasa saat aku bercerita tentang kesedihan yang aku rasakan. Dan aku suka itu!" Ungkap Beby.

"Cukup!" Teriak Shania yang tidak mau lagi mendengar cerita Beby
"Aku belum selesai!" Kata Beby menatap Shania
"Aku gak mau denger lagi! Terserah kamu mau cerita apalagi soal si Uchub!! Simpan aja cerita bahagia kalian!!!" Jengkel Shania sambil melangkahkan kakinya untuk menjauhi Beby.

Beby tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Shania yang begitu marah padanya,
"kamu yakin? Gak mau lagi denger lanjutan cerita aku sama Uchub!?" Shania tidak menggubris, dia terus berjalan kesal "apa kamu gak mau tahu.. apa yang Uchub ceritakan sama aku? Apa yang banyak kita bahas saat kita ketemu diam-diam!?" Shania semakin mempercepat langkahnya, Beby terus mencoba untuk lebih dekat ke Shania dan ucapannya kali ini akhirnya bisa juga membuat Shania berhenti melangkah. "Cerita itu tentang kamu.... Shania!" Beby ikut berhenti "apa yang selalu Uchub ceritakan... itu semua tentang kamu! Cewek yang dia sukai!!" Jelas Beby, perasaan Shania kini campur aduk.
"Dari awal.. yang Uchub bahas itu.. kamu, dia ngajak aku ke mall juga cuma buat kamu, apapun yang pernah kamu lihat... semuanya tentang kamu, yang dia cari tahu lewat aku!" Beby berjalan, dia kini ada di depan Shania. "(Beby tersenyum) aku tahu kamu cemburu.. aku juga tahu kalo kamu itu suka sama Uchub! Elakan kamu waktu di kelas itu.. cuma cara kamu menutupi rasa malu kamu atas apa yang kamu rasakan sama dia, iya kan?" ... "bicaralah.. apa yang aku ucapkan, benar kan?" Pinta Beby pada Shania yang wajahnya kini terlihat lebih tenang

"Haaah... Iya!" Jawab pelan Shania
"Apa? Aku gak denger?"
"Aku bilang.. iiya!"
"Apa-apa? Iya apa?" Beby menggoda Shania yang terlihat menahan malu
"Iya.. apa yang kamu ucapkan itu Iya... iya benar, semuanya benar!" Beby tersenyum tipis "aku emang cemburu sama kedekatan kalian akhir-akhir ini, aku kesal ngeliat tingkah kamu yang bilang A buat keluar tapi tahunya malah ketemuan sama si Uchub, aku ... aku gak suka ngeliat semuanya!" Jelas Shania yang dapat senyum lebar dari Beby sebagai tanggapannya. "Kenapa senyum gitu? Biasa aja!" Dengan memanyunkan bibirnya Shania berucap

"Gak usah manyun-manyun juga kali, ngomongnya! Hahahaa" ledek Beby " kamu suka sama si Uchub dan.. dia juga suka sama kamu! Tugas aku bercerita tentang kamu sama dia selesai, tinggal lihat bagaimana pergerakan si Uchub buat dapetin kamu, heheheee"
"Apa sih Beby... ihh!" Dengan wajah merah meronanya Shania menanggapi ucapan Beby
"Apanya yang apa? Yang aku bilang benar kan?"
"Udah ahh- bikin wajah aku gak ke kontrol aja nihh!"
"Hahahaaaa..." tawa Beby

"Eh tapi bentar.. tadi kamu bilang kamu suka sama sosok Uchub yang bisa diajak bercanda dan juga bisa jadi sosok dewasa? Maksudnya suka disana itu apa? Apa kamu.."
"Masih aja cemburu! Semuanya udah jelas kali!! Uchub Subhan itu suka sama kamu, dan apa yang aku katakan tadi.. rasa suka sebagai sosok kakak, bukan rasa cinta yang disimpan di hati utama, seperti suka kamu ke dia! Puass?" Shania tersenyum begitu sumringah, beda sekali dengan Shania yang tadi sebelum mendengar kalimat-kalimat terakhir Beby "biasa aja senyumnya.. gak perlu selebar itu... ntar daun yang gugur masuk ke mulut kamu!"
"Ish, Beby.. gitu banget sama sahabatnya sendiri!" Tukas Shania
"Deuhhh.. sahabat! Kemana aja kemarin-kemarin? Makanya non... kalo ada yang dirasa gak enak itu... di omongin, bukan di pendam dan malah jadi amarah tersembunyi! Bikin gak enak pemandangan tahu gak?"
"Iyadeh.. maaf--- kan aku malu Beb!"
"Malu tuh ada 4, masukin aja ke saku seragam!" Canda garing Beby
"jadi udahan nih.. wajah masam kamu sama aku!? Wajah dingin dengan suara kesal yang ditahan buat aku?!" Ledek Beby
"Hmm-- masih aja ngeledek, terus aja terus... sampai kamu puasss!" Kata shania, Beby tersenyum puas.

Kedua sahabat itu kembali saling akrab, apa yang sempat menjadi masalah akhirnya bisa di selesaikan. Komunikasi memang hal utama dalam setiap jalinan, apapun jalinannya.. komunikasilah tihang penguatnya 

Ujian Nasional yang tinggal menyisakan 2hari lagi.. akan bisa dengan mudah Shania lewati, karena apa yang sempat membuatnya susah belajar sudah bisa terselesaikan. Tapi tetap.. dia masih punya satu hutang pada Beby, tentang pindahannya. Shania masih memikirkan bagaimana dia menyampaikan berita itu. Dan Beby dengan sengajanya tidak memberitahukan kalau dia sudah tahu tentang rencana keluarga Shania, karena dia ingin agar Shania bicara langsung padanya. Setidaknya, dia masih bisa dengar pernyataan langsung Shania tanpa dia harus mendorongnya secara frontal untuk Shania jujur, seperti tentang masalah Subhan.

Bersambung lagi..
maaf kalau membosankan ^_^


Sumber : Cemistri Jkt48 | Facebook

CERBUNG PELANGI DALAM SAKURA *3rd Chapter*

...PELANGI DALAM SAKURA...
*3rd Chapter*

Masa SMP itu... masa dimana perasaan labil selalu menguntit hati. Rasa deg-deggan yang dirasa kala memandang wajah lawan jenis yang di sukai, mungkin cuma sekedar rasa malu karena dia menatap, mungkin karena adanya 'dorongan' dari teman-teman yang selalu 'mengatai' hingga membuat wajah merah merona, atau mungkin memang rasa itu meletup alami karena 2hati sedang mencoba berkomunikasi, untuk bisa saling menjajaki hingga terlahir kata cinta, cinta yang mereka sendiri belum begitu tahu apa itu artinya, kalau kata orang tua sih... Cinta Monyet.


Setelah celotehan Aji di kantin tempo hari, Shania diam-diam memikirkan apa yang diucapkan teman nya itu
'benarkah... Subhan ngincer aku?'
Shania senyum-senyum dibawah sinar mentari yang mulai berbagi cahaya paginya
'apa itu artinya dia suka sama aku? Hahaa--'
Wajah Shania sungguh merona kala itu, kalau saja ada yang melihat begitu dekat, pasti bisa terlihat jelas.

Pintu kelas 9-A terbuka, Beby dan Subhan masuk setelah dari ruang guru untuk menemui wali kelasnya. Shania yang sedang menopang dagu sambil senyam-senyum, bisa langsung menguasai diri ketika Subhan lewat di depannya, Beby bisa menangkap ekpresi ‘aneh’ dari wajah Shania, ia mengerung dengan pikirannya mencoba menebak. Beby juga Subhan berjalan ke meja guru dan menyimpan buku pelajaran yang tadi mereka ambil dari ruangan wali kelasnya. Keduanya berbincang kecil saat mengambil keruang guru sampai tiba lagi di kelas.

Beby menuju tempat duduknya yang bersebelahan dengan Shania, dia menatap lekat wajah sahabatnya itu, hingga Shania menyadari tatapan dari Beby yang membuatnya risih.

“ada apaan sih? Kok ngeliatinnya gitu banget!”
tanya Shania, membalas tatapan Beby “ihhh! Beby!! Ada aappaan sih? Hah! Biasa aja kali liatnya, aku tahu aku tuh cantik, tinggi, putih.. yaa pokoknya proporsional lah! Hehehee--”

“kamu.... kenapa liatin si uchub gitu banget?” celetuk Beby, membuat Shania kaget

“gi-gitu giimana?” tanya Shania salah tingkah
“iyaa, gitu. Aneh! Kayak... mmm-- kalau di tv-tv itu, suka ada tuh cewek kalau lagi suka ama cowok pasti aja ngeliatinnya Beeda gitu! Ya kayak kamu barusan!!”
“huh? Analisa apa si tuh! Ada-ada aja!!” balas Shania
“cinta itu emang suka ‘ada-ada aja!’” dengan gimik menggoda dan sedikit berbisik kedekat Shania, Beby membalas ucapan Shania.

“eh? ma-maksudd kamu?!”
“aduh, ayolah Shania... aku ini sahabat kamu! Mau berbohong sama aku? Keliatan banget kali dari wajah kamu, kalau kamu itu suka sama si Uchub? Iya kan?”
sengaja Beby menaikan volume suaranya ketika di kalimat ‘suka sama si Uchub’ membuat yang dibicarakanpun sampai melihat kearah mereka berdua.

“Haa! Beeebyy... pelanin dikit suara kamu, kenapa sih?!” ujar Shania sambil menyimpan tangannya di depan mulut Beby.
“aaa, jadi benar? Kamu suka sama si Uch--”
“hussstt-husssttt-- hes..ahh!! Udah dibilang jangan keras-keras juga! BeByy!” protes Shania yang kini langsung menempelkan tangannya untuk membekap Beby.

Beby melepaskan diri dari bekapan Shania “ciiiee, ada yang lagi... ehem, nih!” lalu meledek pelan Shania “cerita dong sama aku? Kok bisa sih seorang Shania Junianatha suka sama Subhan yang biasanya suka jadi lawan becanda? Apa jangan-jangan kamu kepikiran sama apa yang dikatakan si Aji waktu di kantin? ya!”
Shania terlihat sedikit salah tingkah tapi masih bisa menguasai diri

“mm- iiiiyaa.. gitu deh!” jawabnya singkat, membuat Beby penasaran untuk terus menelisik .... “tapi, udah ah gak usah dibahas! Konsentrasi sama belajar, bentar lagi UNas!!” lanjutnya sambil mengalihkan pembicaraan.
“em, pake mengalihkan pembicaraan lagi! Gak seru ah!! Eh tapi, aku dukung loh kalau emang kamu suka sama si Uchub! Soalnya kalian itu cocok, yang satu cerewetnya minta ampun, nah yang satunya lagi cool-cool gimana gitu. Cocok deh buat jadi peredam kecerewetan kamu! Hahahaa---” jelas Beby
“tsh, apa sih Beb! caal-cool-caal-cool, es kali cool!! Heuheue-” sahut Shania
“ck- kalo suka mah suka aja! Gak ada larangan kok!! lagian kan gak salah juga kalau kamu suka sama dia!!”

“eh ya, kalau nanti kamu sama si Uchub udah jadian, jangan lupain aku ya! Apalagi kalau pas kita udah SMA, terus kamu malah jadi banyak jalan ama dia. Awas aja kalo ampe kayak gitu!! Aku marah nanti-” Beby terus bercerewet ria pada Shania.
“a, enggaklah Beby.. lagian kamu juga, apaa coba jadian-jadian segala, aku kan cuma…-”
“cuma apa? Cuma suka ama dia yang tinggi, item manis. Iya kan? Pake acara ngeles mulu dari tadi! Suka itu... kata yang paling Hebat, jadi jangan takut atau merasa malu! Hehee--”
Beby tersenyum pada sahabatnya itu, Shania membalas dengan senyum malu-malunya. Dari tadi dia keliatan jadi paling diam dibanding Beby yang terus menelisik,,

‘aku bukan takut atau malu Beb, tapi... ini gak mungkin terjadi! Aku gak mungkin bisa sama dia... aku kan bakal pergi!!’

Selang beberapa detik, wali kelas pun datang dan bersiap memberikan materinya dalam pelajaran Matematika.

“entar aku balas, dari tadi ganggu aku, nanti giliran kamu yang aku ganggu!” ancam Shania dengan berbisik
“eeehh? Emang mau gangguin apa?”
“kamu ama si Aji! Hehehee--” dengan senyum penuh maksud Shania mengucapkan kalimat terakhirnya dan bersiap mengikuti pelajaran dari pengajar yang juga wali kelasnya.


***
Hujan deras mengguyur kota Jogja siang ini, ini.. bulan april, tapi kenapa hujan? Bukankah seharusnya sudah masuk musim kemarau?

Meski prediksi awal sempat dan bahkan terus bertahan, tapi setelahnya dan setelahnya.. tidak ada yang bisa menjamin. Seperti cuaca di negara kita sekarang, bukankah April itu sudah harusnya masuk musim kemarau? Tapi ini tidak! Dari tanggal 1,2,3,4,.... terlihat matahari terus menyengat bumi, namun kini masuk di tanggal 8, tiba-tiba saja hujan mengguyur.

Shania berdiri dari tempat tidurnya, dia berjalan menuju jendela kamarnya. Kali ini dia merasa tidak suka melihat hujan yang masih mengguyur, biasanya kalau di musim penghujan ia dan Beby selalu saling komunikasi untuk setelahnya memandangi langit sekitar pinggiran Jogja tempatnya tinggal, siapa tahu ada pelangi yang muncul setelah guyuran hujan yang membasuh bumi. Jika mereka melihat pelangi, dengan segera keduanya berlari kearah taman perumahan, karena dari sana mereka bisa menikmati warna mejikuhibiniu nya pelangi, berdiri ditengah lapangan basket taman, lalu saling mengembangkan senyum dan kemudian saling bercerita atau berphoto ria untuk sekedar mengamadikan moment ketika ada pelangi.

Sampai detik ini, ia masih memendam agenda ke pindahannya yang tinggal 4bulan lagi. Dia benar-benar berada diambang kebimbangan, tidak tahu atau sengaja tidak ingin tahu, bagaimana cara untuk memberitahu Beby perihal hal ini. Ujian Nasional tinggal 2minggu lagi, dia selalu berpura-pura menyibukan diri, untuk menutupi rasa gundah yang menjalar perasaannya.

‘salah gak yah? Gak ngasih tahu Beby dari awal?’
ucap Shania pelan dengan matanya terpaku di jendela yang basah
‘apa dia akan menerima kabar ini, tanpa... Marah-_?’
‘semoga Beby mengerti dengan perasaanku, dan mengerti akan maksud ku melakukan hal ini! Maafkan Shania, beby--’

Pernah dengar? Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya kita menutupi sesuatu dari orang lain, pasti akan ketahuan juga.

Shania memang tidak memberitahu Beby perihal pindahan itu, dia tetap dengan niat awalnya... menyimpan sampai waktu pindahan tiba, dia cukup pintar mengatasi perasaan tidak enaknya dengan berpikir ‘you think is not ok? just make it Ok. Then everything will be Ok!’.

Jika apa yang disembunyikan harus terbongkar, cara apapun itu.. pastinya akan terbongkar juga. Beby tidak tahu rencana pindahan keluarga Shania dari mulut Shania langsung, melainkan dari mamanya sendiri, yang mendapat kabar dari mamanya Shania, waktu mama Shania ada pulang ke Jogja, ia menceritakan rencana keluarganya pada mama Beby. Beby hanya bisa tercengang ketika mendapat berita itu... entah harus bereaksi seperti apalagi setelah dia tercengang? Kaget? Sedih? Nangis? Kecewa? Hmm—wajah Beby kala itu mixing.

‘Kenapa Shania menyembunyikannya?’ ...
‘Inikah alasan sebenarnya dari perubahan sikapnya akhir-akhir ini?’
Beby melamun sendiri didalam kamarnya

‘Tapi... kenapa? Kenapa dia tidak ngasih tahu!’
dia berjalan mendekat ke jendela kamarnya, memandang kosong kamar Shania yang bersebrangan.
(rumahnya dan rumah Shania bersebrangan, kamar mereka ada di lantai 2 dan kebetulan juga saling berhadapan)

Beby memikirkan kembali ucapan Mama nya, pagi tadi......

“kenapa kamu gak cerita sama Mama, kalau Shania sama keluarganya akan pindah ke Jakarta!”
“Apa?” reaksi Beby dengan wajah percaya-tidak percaya akan apa yang dia dengar
“iya.. Kenapa? kemarin tante Nia (Mama Shania) dateng kemari, dia bilang mereka sekeluarga akan pindah ke Jakarta, setelah Shania lulus!”
“Hah! Piiiindah.. maaksud Mama?” tanya Beby dengan wajah kaget, heran, campur aduk lah.

Beby diam mencerna setiap kata yang terucap dari mulut Mamanya, tentang apa yang Mama Shania sampaikan padanya. Sampai Beby tidak sadar ketika Mama pamit untuk berangkat ke rumah sakit.

“Mama berangkat dulu, ya sayang...”
“………................”
“Sayang.. Beby... Beeby!”
Mama menepuk lembut pundak Beby, beliau bisa tahu kalau putrinya itu belum mengetahui perihal pindahan keluarga Shania. Ketika sedang bercerita, Mama memeperhatikan wajah Beby yang kecewa, murung, mixing ekpresi mendung.

“ah, iyaa.. kenapa Mah?”
“hmm- jangan ngelamun gitu dong sayang..." ..... "Sahabat yang baik itu... adalah sahabat yang bisa mengerti keadaan sahabatnya” Beby menatap mama nya “Kamu... tidak akan pernah tahu betapa spesialnya sahabat kamu itu sampai mereka meninggalkan kamu. Bersyukurlah karena kamu masih diberikan kesempatan sama Tuhan untuk tahu kalau sahabat kamu itu akan pergi, sehingga kamu masih bisa melihat dan menghabiskan banyak waktu lebih lama, sebelum ‘meninggalkan’ itu datang!” mata Beby mulai berair “dia tidak memberitahu kamu... mugkin karena dia tidak ingin sebelum dia pergi, dia melihat wajah kamu yang sedih, dia ingin terus melihat senyum kamu sampai dia pergi. Itu yang Shania inginkan dari kamu sayang, dia ingin membawa senyum kamu, bukan kesedihan kamu!” Beby mencoba tersenyum, saat mendengar ucapan-ucapan Mama yang lembut.

"Be Brave, Honey.. Life is about Meet and Leave! She's your Best Friend, so... Give her something Best before she leaves you!!” ..... “satu lagi… ini Cuma sementara, terpisah jarak tidak berarti membunuh persahabatan kalian kan? Suatu saat nanti siapa tahu kamu bisa satu tempat pijakan lagi sama dia! Senyumlah, wajah kamu terlihat jelek sayang..” senyum Mama, lalu meninggalkan Beby.


“Mama benar,, kalau aku di posisi Shania... mungkin aku juga akan ngelakuin hal yang sama! Hmm--”
Beby membuang nafas panjang dengan sisa sesenggukan karena menahan tangis. Dia terus bicara sendiri untuk membangun kekuatan dalam dirinya, setelah mendapat kabar yang tidak mengenakan di pagi hari tadi.



Pagi ini Shania dan Beby saling diam dalam perjalanan mereka menuju sekolah, hanya sapaan pagi ditambah senyum terpaksa yang dibalut semenarik mungkin agar terlihat seperti biasa, ketika Beby yang menghampiri Shania kerumahnya. Dan Shania pun tak kalah hebat dalam berakting menyambut sapaan dan senyum Beby.

Aneh melihat mereka berdua seperti sekarang ini, Shania diam karena melihat Beby yang juga diam. Keduanya mulai berjalan menyusuri aspal basah bekas guyuran hujan kemarin sore yang terus mengguyur hingga tengah malam, ditambah tanpa ditemani sinar mentari pagi. Serasa langitpun tahu kalau kedua sahabat ini saling diam dalam ke-mendungan mereka masing-masing. Yang satu (Shania) belum juga mau buka mulut untuk jujur pada sahabatnya, yang tanpa dia tahu sudah mengetahui tentang kegelisahannya. Dan yang satunya lagi (Beby) sama-sama tidak buka mulut untuk mengklarifikasi kabar yang membuatnya dirinya seharian kemarin tidak keluar rumah, hanya melamunkan apa yang terjadi kedepan jika Shania tidak ada lagi bersamanya.

Mereka berdua sampai di sekolah, menyimpan tas punggungnya, dan. . . kembali saling diam. Sepertinya hari ini akan menjadi hari diam nasional untuk Shania dan Beby.

'si Beby kenapa sih? Dari tadi kok diem mulu!?'
lirik sekilas Shania pada Beby

'dia emang gak akan ngasih tahu aku soal kepindahannya!'
Beby melamun sendiri

Shania berpura-pura mengeluarkan buku pelajaran untuk mengusir atmosfir asing yang dia rasa, masih dengan mencuri pandang pada Beby yang sedang asik melamun.
'apa yang sedang Beby pikirin? Kok kayaknya serius banget! Apa dia lagi ada masalah? Hmm--'

'aku tanyain gak ya? Atau tetap diam seperti yang dia lakukan?! Haaah--' lamunan Beby, dengan ingatannya masih kuat memegang ucapan Mamanya 'apa ini... persahabatan yang sehat? Aku tahu apa yang membuat Shania diam, tapi kenapa aku malah jadi ikut diam dan sulit buat bicara ya?!' Beby menggerakan tangan kanannya memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Shania melihat itu, lalu dia mulai buka mulut untuk bicara menanggapi apa yang dia lihat

"kamu kenapa? Beb!" tanyanya heran
"hah? (wajah cengo) ahh.. apa?" Beby balik bertanya dengan tanpa sadar kalau tangannya masih meremas kepalanya.
"aku tanya, kamu kenapa?"
"mmm-- nggak apa-apa? Emang kenapa?"
"kamu aneh ya pagi ini? Ada apa sih?!" tanya Shania lebih
"aneh? Aneh gimana? Biasa aja kok!"
"barusan, kamu megangin kepala kamu, itu kenapa?"
"hah, oh... ini. . . emm, gak apa-apa kok, cuma niru adegan anime yang sok misterius aja, biar keren keliatannya! Ha..ha..ha" dengan tawa renyah yang dibuat-buat Beby menjawab seenaknya.

Keduanya kembali diam sampai bell masuk bunyi dan pengajarpun datang. Kelas begitu hening, murid-murid kelas IX begitu tenang mengikuti setiap materi ulasan untuk menyambut UN yang sengaja di agendakan pihak sekolah pada para pengajar di kelas IX. 2 guru masuk di kelas sampai tak terasa waktu istirahat tiba. Beby pamit pada Shania untuk ketemu sama teman-teman lainnya yang ikut ekskul Basket, jadi mereka berdua tidak menghabiskan waktu istirahat bersama. Untuk Beby ini cukup melegakan, ada pertemuan dengan anggota team Basket sekaligus kumpul bareng dengan seluruh anggota dari kelas VII dan VIII, jadi dia bisa sedikit menghindar dari Shania dan berpikir bagaimana cara bertanya pada sahabatnya itu.

20menit kurang lebih team basket putra dan putri berkumpul di base mereka, membahas tentang pergantian kapten team yang sebelumnya dijabat oleh murid kelas IX, tentang tournament yang akan diikuti, setelah kakak kelas mereka (kelas IX) selesai UN, dan bahasan lainnya yang akhirnya mengerucut ke schedule kumpul diluar sekolah pada saat weekend untuk membahas lebih dalam.

Beby berjalan menuju kelas

"Beb, Beby..!"
panggil seseorang membuat beby menengok kebelakang
"Uchub? Ada apa?!" tanyanya setelah tahu siapa yang memanggil
"gue. . . gue boleh minta tolong gak?" jawab Subhan dengan permintaan, Beby mengangkat satu alis matanya.
"tolong? tolong apa?!"
"eehh, pulang sekolah nanti, bisa gak lu temenin gue ke suatu tempat!" Beby mengerung
"keeeemana?"
"adadeh, liat aja ntar! Tapi bisa gak nih?" Subhan sok misterius dengan bertanya balik
"nggak ah, kamunya aja gak ngasih tahu mau kemana? Ntar bisa-bisa kamu nyulik aku!" dengan nada dingin dan gimik sok enggan Beby menanggapi Subhan, teman sekelas dan juga teman satu ekskul nya itu.
"eleuh Beby (Subhan itu aslinya orang Bandung, Ke Jogja karena 'tuntutan' orang tua yang kerja) delusi lu.. kurang banget, gak mungkin lah gue nyulik kapten team basket putri terbaik di SMP Shakusi Jogja ini. lagian, nyulik lu rugi tahu gak! Makan lu kan banyak!! Hahahaaa.." Canda subhan menanggapi Beby, Beby akhirnya kalah dan bisa ikut tertawa dengan celetukan Subhan
"kamu.. ish, biarin aja, aku makannya banyak! Yang penting kan gak gemuk!! " balas Beby. Keduanya terlihat 'akrab' berjalan dilorong menuju kelas.

Warning: Admin bikin scene Shania tidak sengaja melihat Beby dan Subhan yang sedang tertawa Ha- Hi- Hu- He- Ho, tanpa Beby dan Subhan sadari, ceritanya Shania baru balik dari kantin.

Dia mengerutkan alis matanya saat melihat itu dari belakang, punggung sahabat terbaiknya dan orang di sebelahnya yang dia yakini kalau orang itu suka padanya, karena Shania juga suka. Begitu terlihat beda di mata Shania, karena kini Subhan sedang mendekat kearah Beby dan membisikan sesuatu yang entah apa, lalu Beby terlihat begitu girang. Beda dengan Beby yang tadi pagi dan selama di kelas sebelum istirahat terlihat mendung dimata Shania.

"jadi gimana? Lu bisa kan?!" kata Subhan
"Ok, aku siap! Pulang sekolah langsung cabut!!" balas Beby dengan membuat lingkaran kecil menggunakan telunjuk dan ibu jari.
"Ssipp, thanks ya!" tutur Subhan, diikuti anggukan Beby dengan senyum masih mengembang.

Beby dan Subhan sampai di kelas, Subhan kembali ketempat duduknya, pun dengan Beby. Dia sempat melihat sekilas, tempat duduk Shania kosong.
"Shania kemana?" suara Beby pelan.
setelah ucapan pelannya selesai Shania pun tiba di kelas, mukanya terlihat Bete tapi sepertinya Shania tahan.

"dari mana?" tanya Beby untuk mengetahui
"dari kantin!" jawab Shania singkat dan dingin,
Beby ber 'Oh' ria saja dengan jawaban Shania, tanpa memperdulikan gimik wajahnya yang terlihat kesal. Mungkin karena dari tadi pagi mereka berdua tidak banyak bicara jadi Beby tidak begitu menghiraukan wajah Shania sekarang.

"emp, sebelum aku lupa! Pulang nanti, aku gak bisa bareng sama kamu, gak apa-apa kan?" ucap Beby, terlihat wajahnya cerah benderang.
"emang kamu mau kemana?" tanya Shania berharap Beby jujur. Meski dia sudah punya tebakan jawaban kalau Beby tidak pulang bareng dengannya karena akan pergi sama Subhan.
"aku mau.. (berpikir sejenak) kumpul sama teman-teman ekskul, ngebahas yang tadi kepotong pas istirahat!" jawabnya,
"oooh, ya udah! Aku minta kak Ve buat jemput aja!!" tutur Shania dengan menahan kecewa karena Beby sepertinya tidak jujur padanya.

Beby terlihat senyam-senyum-sendiri, seperti baru merasakan sesuatu yang fantastik, hingga membuat moodnya naik cepat, ketimbang tadi pagi. Shania melihat itu, dan. . . dia mengerungkan dahinya
'apa yang sebenarnya sedang terjadi?' tanya Shania dalam hati 'tadi pagi keliatannya mendung banget, tapi abis istirahat sama ketemu ama si Uchub, kok dia jdi beda sih?!' wajah Shania mulai kesal, dia kini sedang dikuasi rasa cemburu.
'apa. . . Beby suka sama Subhan?! Tapi watu itu...' ... 'Haah, udahlah... kenapa juga aku mikirin itu! Toh aku sama Uchub kan gak ada apa-apa, dan gak mungkin akan ada apa-apa juga!!' sambil mengingat pindahan yang sudah semakin dekat.

Sepulang sekolah, Beby langsung pamit pada Shania, dia memang jalan ketempat base ekskul nya, tapi itu hanya sebuah kamuflase, untuk menghindari Shania. Subhan meminta pada Beby agar Shania jangan sampai tahu kalau mereka akan pergi bareng, Beby mengirim pesan pada Subhan kalau dia akan ke base dulu, sampai Shania pulang, dan Subhan diminta oleh Beby untuk menyuruh temannya melihat apa Shania sudah pulang atau belumnya?



...Belum Selesai...
 aku tunggu responnya ya
Arigatou ne... 


Sumber : Cemistri Jkt48 | Facebook

CERBUNG PELANGI DALAM SAKURA *2nd Chapter*

...PELANGI DALAM SAKURA...
*2nd Chapter*

“Uwaaaa, kereeeenn-- kelompok Ospek di kelas aku gokil banget Beb, masa ya...........” 
Shania mulai bercerita ria pada Beby, keduanya sedang menikmati makan siang mereka di tengah jam istirahat ospek
“Hahahaaaa,, pokoknya seru deh teman-teman barunya, apalagi itu tuh cowok yang dipanggil Uchub.. masa yah, pas senior nanya, si seniornya tanya apa dia jawabnya apa.. hahahaaa lucu tuh anak! Terus ya... udah gitu ada satu senior yang manggil murid cewek kirain mau ngapain taunya malah di suruh nyanyi.. hzzz Gaje abis! --a …. Tapi, kayaknya tuh senior suka deh sama si evita (nama murid yang di panggil)”

Beby hanya tersenyum mendengarkan cerita Shania

“aduhh, kering bibir aku.. udah ah ceritanya! Giliran kamu Beb, gimana di kelas kamu? Asik gak orang-orangnya?”
tanya Shania, lalu menyeruput minumannya. Beby mengerung sebentar lalu menggeleng “jawaban apa tuh, masa cuma gelengan doang! Emang di kelas kamu gak ada yang asik apa?!” protes Shania

“emmm~ aku tahu nih, kamu pasti belum kenalah kan sama calon teman-teman baru kamu itu!?” terka Shania setelah menelisik ekspresi Beby, dan Beby pun tersenyum dengan diikuti anggukan malu-malu nya. “Beby Chaesara.. anaknya mama Ana, udah berapa kali sih aku bilang, kamu tuh harus berani buat kenalan lebih dulu sama orang baru, denger yah... kalo kamu gak maju..,-” “kamu gak akan tahu apa yang akan ada di depan!”
Beby memotong Shania dengan ucapan yang akan di ucapkan Shania untuknya “itu kan yang mau kamu bilang, terus... ‘kalo kamu gak kenalan sama orang itu mana bisa kamu kenal dan berteman sama dia!’ iya kan?!” lanjut Beby, Shania merapatkan alis matanya melihat Beby.
“kenapa? Memang itu kan yang mau kamu ucapkan!?”
dengan entengnya Beby bicara, tapi dalam hati merasa kecewa.

“kurang! Nih aku tambahin... kalo kamu nganggep serius apa yang sahabat kamu ini ucapkan maka praktekan lah, tapi kalo kamu cuma nganggep ucapan aku itu angin lalu atau kalimat koleksian yang bisa kamu ucapkan untuk meledek aku kaya barusan, mending gak usah lagi deh minta saran sama aku! Terus... aku juga gak mau lagi ahh, sok ngasih ucapan sama kamu!! Kamu nya juga gak pernah nganggep serius kan?”
dengan nada ‘marah’ Shania berucap

“bukan gitu... aku tuh... cuma... hss-- ahhh”
Beby tidak melanjutkan lagi kata-katanya karena bingung, bagaimana harus menyampaikannya.

Shania melihat dengan sudut matanya, sebenarnya Shania sengaja bicara seperti itu untuk mendorong Beby biar lebih berani, karena dia tahu betul bagaimana watak sahabatnya itu. Beby memang paling susah untuk mengungkap apa yang dia rasa, selain itu.. Beby juga sangat sulit untuk bisa berkenalan dengan orang baru, hingga selama ini dia susah untuk punya teman dengan caranya sendiri.

-Hening sesaat, setelah ucapan Shania yang mengandung makna kekecewaan-

“emm-- Shania marah ya?”
“.....................................”
“jangan marah dong Shanju.. aku kan cuma... mmm---”

*ting-tong-ting--tong-ting-ting-tong*

“udah bell masuk, kalau telat ke kelas bisa kena hukuman dari senior lagi! Ayo pergi!!”
ajak Shania dengan wajah dingin memotong ucapan Beby, Beby cuma bisa mengangguk.
‘maaf Beby, aku gak ada maksud dingin kayak gitu.. ini semuanya untuk kebaikan kamu!’
bisik hati Shania, mereka berdua terpisah jalur untuk mengikuti sesi Ospek berikutnya.

Pulang Ospek, Shania yang menghampiri Beby karena kelas nya Beby ada di paling depan. Belum sampai di depan kelas, Shania melihat Beby sedang melambaikan tangannya pada teman Ospeknya, ia tersenyum lebih dulu ketika melihat adegan itu lalu berlari kecil menghampiri Beby.

“a, Shania... pulang yukk!” ajak Beby dengan riangnya “eh Shan, tahu gak? Aku di tunjuk buat jadi ketua, aku sama salah satu teman aku jadi ketua dan wakil ketua selama kita ngikutin ospek.. keren gak tuh? Hehee”

”emh, terus?” dengan nada datar Shania bertanya singkat

”terus yaa, aku kenalan deh sama wakil ketua aku itu... nah udah gitu aku kenalan deh sama semua teman di kelas, hmm~ ternyata memperkenalkan diri lebih dulu sama orang lain itu menyenangkan ya!”
lanjut Beby berpanjang lebar, mereka sudah di luar sekolah dengan masih jalan kaki. Memang jarak sekolah dengan rumah tidak begitu jauh.. cuma 480meter , maka dari itu Beby dan Shania jalan kaki untuk pulang, atau mereka naik angkot sebagai kendaraannya.
“kata-kata dari sahabat aku bener banget! Makasih ya Shania, kamu udah mau jadi sahabat aku, dan selalu mau ngasih aku saran!! :)”

Shania hanya tersenyum sedikit acuh menyambut ucapan Beby, dan hal itu membuat Beby mengerung karena dia berpikir kalau Shania pasti masih marah.

“kamu... masih marah ya? aku minta maaf, aku gak ada maksud apapun, dan aku juga... gak pernah gak nganggep apa yang kamu ucapkan! Bener deh, aku tuh selalu senang kalau kamu udah ngasih aku masukan, cuma... emang akunya aja yang susah untuk praktek!!”
Shania masih diam, padahal dalam hati ingin sekali tertawa lepas saat melihat wajah Beby yang seperti itu.
“hemm-- aku emang bego ya kalau masalah milih kata saat bicara! Haah---” keluh Beby yang tidak mendapat tanggapan dari Shania, dia berhenti berjalan dan menyetop Shania untuk kembali bicara “aku harus minta maaf kayak gimana? Biar kamu mau maafin aku, Shania... ayolah jangan diemin aku kayak,-”
“Hahahaaaaaaa, Lucuuuu...”
Shania begitu cepat merubah ekspresi yang sedari tadi dia tahan, Beby kembali mengerung dan sekarang dia tahu apa yang sebenarnya sedang Shania lakukan padanya
“wajah kamu itu Beb, hahahaaaaa:Dhahaa... uculll!! Jadi gemess, liatnya!!!” Shania mengucek pipi Beby
“Ahh! Shanjuu, itu gak lucu tahu!!” Beby menghempaskan tangan Shania dari wajahnya
“hahahaaa... itu lucu tahu Beby, coba aja kamu bisa liat wajah kamu, pas tadi awal ceria terus murung lalu manyun.. hahahaaa, kamu tuh lucu kalau kayak gitu!”

Beby memicingkan matanya pada Shania sambil sedikit menekuk bibir

“tapi seriuss, aku senang dengar cerita kamu, apalagi pas kamu bilang ‘ternyata mengenalkan diri sama orang lain lebih dulu itu.. menyenangkan ya!’”
dengan sambil menirukan gaya Beby, Shania bicara. Dan itu membuat air muka Beby memerah karena malu
“aaa, Shanjuu.. bikin orang mati gaya aja!” ucap Beby sambil memegangi kedua pipinya.
“eh beneran, aku tuh senangggggg banget pas denger kamu cerita gitu... akhirnya, sahabat aku yang pintar mikir tapi gak pintar ngomong ini, bisa juga memulai sesuatu yang menghasilkan hal yang LUAR BIASA. Gimana rasanya? Menyenangkan bukan?! Kenalan sama orang baru bukan hal yang sulit kan?”

Shania tersenyum hingga bola matanya menyipit, Beby mengangguk dengan sama melebarkan senyum.

“eh ya, aku juga tadi sempat lihat loh.. pas kamu dadah-dadah sama teman kamu di luar kelas.. gini nih gaya kamu pas aku lihat”
Shania memperagakan untuk meledek Beby, dan itu sangat berhasil membuat Beby merasa malu.

Mereka berdua berjalan di jalan pulang dengan ditemani mentari yang sudah mulai turun dari langit paling atas, dan juga obrolan dengan di selingi lelucon yang Shania buat.


Shania dan Beby terus maju memantapkan langkahnya membangun kendaraan untuk meraih impian mereka. Setelah Ospek selama satu minggu kurang itu akhirnya berlalu. Tanpa di duga, tanpa rekayasa, tapi ini kenyataan, guratan takdir dari Tuhan, keduanya dipersatukan kembali dalam satu kelas untuk mengejar cita dalam rangkaian pelajaran di sebuah sekolah. Betapa senang kedua sahabat itu ketika mengetahui nama mereka ada dalam satu absen di sebuah kelas, keakraban dalam jalinan persahabatan dan persaudaraan itu akan semakin erat.

Satu semester di kelas 7 berhasil mereka lalui, dengan semua kilasan kisah yang tak akan pernah terlupakan selama satu semester di kelas 7-J bersama teman-teman seperjuangan lainnya juga. Mereka kini bersiap mengarungi semester 2, dengan saling membantu dalam hal belajar untuk mendapat nilai yang bagus, dan memuaskan.. Semester 2 pun akhirnya berlalu dan menyisakan rangking 1 untuk Beby dan rangking 4 untuk Shania.

Shania dan Beby selalu bersaing dalam hal akademi, meski Shania tahu pasti kalau dia tidak mungkin bisa mengalahkan Beby dalam hal itu, tapi dia selalu berusahan untuk melakukan yang terbaik demi apa yang dia inginkan. Dan Beby, selalu dengan sepenuh hati membantu sahabatnya itu dalam hal belajar, saling membantu dalam satu perahu untuk mencapai apa yang di impikan. Persaingan sehat dalam persahabatan, bukan saling menjatuhkan untuk mendapatakan posisi yang diinginkan melainkan saling membantu agar mereka bisa sampai pada apa yang di tuju dengan bekal yang cukup.



Waktu terus, terus, dan terus berlalu.. seperti ombak yang setiap harinya menyapu pasir di tepi pantai. Shania dan Beby kini sudah duduk di kelas 9, semester 2, yang artinya ini kelas terakhir mereka sebelum melangkah ke kelas baru untuk lebih dekat pada tujuan yang mereka targetkan. Tidak pernah ada hal yang membuat kedua sahabat ini goyah dalam menjalani kehidupan mereka, semuanya terlihat baik dan sepertinya tidak akan ada yang bisa membuat keduanya renggang dalam menjalani kehidupan dalam ikatan persahabatan yang tulus. Namun.. kata ‘sepertinya’ hanyalah sebuah kiasan yang kemungkinan terjadinya adalah 50:50 dalam kehidupan, ‘sepertinya dia akan berhasil’ ‘sepertinya dia akan gagal’ ‘sepertinya dialah yang salah dalam hal ini’ ‘sepertinya dia suka sama aku’ ‘sepertinya dia tidak suka sama aku’ ‘sepertinya.. sepertinya... sepertinya!’ itulah manusia, meski tanpa kepastian yang penuh. Mereka tetap mempercayai apa yang mereka pikirkan, tidak salah memang, hanya saja.. lebih mawas diri dan juga mempersiapkan diri untuk setiap kemungkinan, akan membawa dampak yang bagus untuk kita saat menjalani kehidupan ini.


***
“ini seriusan ya kak? Kita bakal pindah? Ke Jakarta!”
tanya Shania, ia dan Ve sedang duduk di teras belakang rumah. Ve mengangguk untuk menjawab pertanyaan adiknya.
“itu yang papa sama mama bilang kemarin bukan? Hemmhahh.. kita sama-sama denger apa yang mereka ucapkan, dan kita juga menyetujui ajuan mama. Setelah kamu lulus SMP dan kakak menyelesaikan semester 4 kakak disini... kita akan pindah ke Jakarta!!”

“yaaa.. emang sih, setelah papa dapat promosi jadi wakil direktur terus mama yang perusahaannya maju pesat sampai bisa buka cabang di Jakarta, membuat papa sama mama sibuknya gak ketulungan. Mereka cuma satu minggu sekali pulang kesini dan itu bikin Shania sebel kak!” Ve melihat Shania, ia tersenyum menyetujui kata-katanya, “papa sama mama jadi sibuk banget sama yang namanya kerja, tapi... kenapa ujung-ujungnya harus pindah sih. Ini sih namanya penyiksaan kak! (Shania memanyunkan bibirnya) Apa gak cukup? dengan kesibukan papa sama mama yang bikin kita jadi kurang perhatian dan merasa tersiksa ini membuat mereka melihat kalau kita cukup menderita! Terus sekarang, dengan tanpa memikirkan perasaan kita, papa sama mama bikin keputusan untuk pindah ke Jakarta!! Hah, nyebelin!!!” Shania memprotes,

“kakak juga sama kayak kamu, sebel sama keputusan sepihak yang dibuat papa sama mama, tapi... mungkin ini emang yang terbaik untuk keluarga kita! Kamu memangnya gak mau Shan, ketemu lagi sama papa mama tiap hari? Sarapan bareng, makan malam bareng sambil ngobrol?” Shania diam mendengar ucapan kakaknya, ”semenjak kerjaan papa sama mama pindah ke jakarta dan mereka jadi lebih sering disana, kita kan jarang ada kegiatan keluarga! Dan kak Ve... kangen sama semua itu!! So, yaa.. kita ikutin aja dulu yang mama ucapin kemarin! ”

“Shania juga sama kayak kakak, hmm-- tapi, apa harus pindah? Shania bener-bener gak yakin sama janji mama kak, apa… benar? papa sama mama akan bisa kita temui tiap hari di rumah? apa akan ada kegiatan keluarga kayak waktu dulu?!” Ve menatap Shania “yang Shania rasa kalau papa sama mama pulang kesini, pikiran mereka tetap aja di kerjaan. Kayaknya udah gak ada lagi tanggal merah dalam kalender mereka, kak!” .... “apa memang harus kita pindah dan meninggalkan yang disini? Shania punya sahabat, Shania juga punya keluarga disini!! Apa harus kita ninggalin mereka kak? Kak Ve juga punya kan Sahabat, atau pacar! Apa kakak akan ninggalin mereka!?”

Ve diam sebentar sebelum menjawab “gak ada yang harus di tinggalin Shan, kita pindah ke jakarta, bukan ke luar negeri, kita masih bisa nemuin mereka. Jogja-Jakarta gak seberapa jauh, papa sama mama juga pasti gak akan keberatan kalau satu minggu sekali kita main kesini! Kakak akan segera memberi tahu mereka tentang rencana ini!! Dan kamu juga sebaiknya dari sekarang kasih tahu teman-teman kamu, terutama Beby dan.. tante Ana juga!!!”

Shania diam mencerna ucapan kakak nya
‘memberitahukan hal ini... gak akan semudah makan atau minum kak! Haaaaah’ Shania melepas penat lewat desahan nafasnya,
Ve berhenti menggerakan kakinya saat akan masuk ke rumah, ia menengokan sedikit kepalanya ke belakang
‘ini memang tidak akan mudah, tapi kalau ngasih tahu lebih awal... pasti tidak akan jadi runyam! Haah--’ lalu Ve malanjutkan lagi gerak kakinya dan masuk kedalam rumah, menembus kamar dan menghempaskan tubuhnya. Memikirkan apa yang dikatakan Shania, tentang orang tua mereka yang semakin sibuk dan terus meningkat kesibukannya.

Papa dan mama berubah menjadi sangat hyper aktif dalam mencari nafkah, memang apa yang mereka lakukan demi untuk masa depan Shania dan Ve. Tapi, apa harus sampai segitu giatnya hingga mengenyampingkan atau bahkan melupakan, kewajiban lain mereka sebagai orang tua yang juga harus mmberikan kasih sayang dalam bentuk imateri.

Tidak ada yang bisa Ve dan Shania lakukan untuk menghentikan atau paling tidak mengurangi jam kerja mereka dari 18 jam lebih, menjadi 12jam, kalaupun tidak bisa lebih normal yaitu 8jam kerja dalam satu hari. Memang dulu Ve dan Shania mendukung mama nya untuk bekerja, namun mereka tidak sampai berpikir sejauh ini kalau akhirnya mama di mutasi ke Jakarta dan mengikuti jejak papa yang sudah lebih dulu kerja di Jakarta. Papa yang dulu bisa pulang satu minggu sekali ke Jogja, kini sudah sangat jarang. Ia pulang paling cepat 2minggu sekali dan paling lama 1-2 bulan, pun dengan mama yang saat di mutasi langsung menjadi begitu hyper.

Ve dan Shania tinggal berdua di Jogja selama papa dan mama nya kerja di Jakarta, saling menjaga satu sama lain, membantu merapikan yang ada di rumah, melakukan kegiatan mereka seperti anak-anak yang sudah tidak mempunyai orang tua. Mereka tidak pernah keberatan akan hal itu, tapi 4 bulan terakhir memang terasa menyebalkan bagi mereka karena intensitas kepulangan papa dan mama yang menjadi lamban dan seperti kata Ve dia merindukan adanya acara keluarga saat weekend.


**
Tinggal 8bulan lagi Shania dan juga Beby akan melaksanakan Ujian Nasional, yang artinya dia akan segera lulus dari sekolahnya. Rencana pindahan yang sudah dibahas dan di tetapkan tanggal pindahannya belum Shania katakan pada Beby, ia diam dalam kebisuan dan kebutaan yang sengaja ia ciptakan sendiri, karena tidak ingin masa-masa terakhirnya sebelum pindah dia habiskan untuk melihat wajah sahabatnya yang sedih. Shania memutuskan untuk memberitahukan semuanya secara dadakan agar saat pindahan berlangsung dia tidak begitu merasa berat melepas sahabat karibnya itu.

“emm.. Shanju?”
“Ya?”
“boleh gak? Beby tanya sesuatu?”
Shania mengerung, tapi akhirnya menjawab dengan senyumnya
“boleh lah, emang mau nanya apa sih? Ampe harus pake permisi dulu?!”
“Kamu… kamu, lagi ada masalah ya?” tanya Beby kemudian, mereka sedang duduk di meja kantin
“Hah? Ma..salah? Maksudnya?” Shania balas Beby dengan bertanya balik
“iya, aku perhatiin.. akhir-akhir ini kamu banyak diem, ngelamun, di kelas juga gak banyak tingkah! kalo si Aji atau Uchub (teman sekelas mereka) ngajak kamu bercanda pasti tanggepannya gak se-gairah dulu! Kamu aneh!! Ada apa sih?” jelas Beby memaparkan yang ada dalam pikirkannya.

“hmm~ iiiya gitu(?) aku kaya gitu! eenggak ah, perasaan biasa aja deh!” jawab Shania sambil sok menerawang, padahal pikirannya memang sedang menyimpan sesuatu “atau.. karena bentar lagi mau ujian semester kali ya? Jadi sikap aku kayak yang kamu bilang. Aku emang lagi fokus sama belajar, apalagi kita udah kelas 3! Dan itu artinya kita harus siap-siap buat masuk SMA. Iiiitu kali ya, yang bikin aku kaya gitu!!” lanjut Shania untuk meredam keheranan Beby.

Beby hanya ber ‘emmm’ ria menyambut penjelasan Shania, namun dalam hati dia bicara dengan gurat kecewa
‘aku emang gak pinter ngomong buat ngungkapin yang aku rasa, tapi aku cukup pintar untuk tahu ekspresi wajah kamu yang lagi nyembunyiin sesuatu dari aku..’ “Haaah-” Beby mngeluarkan keluhannya lewat desahan nafas yang pendek, Shania melihat sekilas ke arah Beby yang sedang memainkan sedotan juice nya ‘apa yang sedang kamu sembunyikan Shania? Kenapa kamu gak cerita? Biasanya kamu paling cerewet ngungkapin ini itu!’
Beby hanya bisa sesekali melihat Shania, begitupun Shania pada Beby.

Atmosfir kantin terasa beda, keduanya mulai diam dan terus diam setelah pertanyaan dari rasa penasaran itu dijawab oleh jawaban palsu Shania.

“Haiiii, cewek-cewek!”
2orang murid laki-laki menghampiri meja yang sedang di duduki Shania dan Beby.
“Oy! Pada kenapa sih? Beduaan tapi kaya sendiri-sendiri!” kembali si murid laki-laki 1 yang bernama Aji bicara, yang satunya langsung mengambil posisi duduk tanpa banyak bicara, namanya Subhan biasa dipanggil Uchub.

“kalian mau ngapain kesini? Mana sok-sok akrab lagi!”
sahut Shania ketus
“ceilee, Shania... galak amat, lagi M ya? Hahaa”
celoteh Aji dengan tangannya bergerak akan mencomot makanan Beby. tapi Shania dengan cepat bereaksi dan menepis tangan Aji
“ampun... Shania... lu kenapa sih? Galak amat ni hari! Beby aja yang punya makanan gak masalah, iya kan Beb?”
dengan peralihan wajah masam dari Shania lalu sok imut ke Beby, Aji bicara. Beby hanya tersenyum untuk menanggapi temannya yang ‘rame’ itu.

“ish, pake pasang tampang sok imut lagi ama Beby, dikira lucu kali ya? Hahahaa” tawa Shania meledek Aji.
“eh, Beb.. sahabat lu itu lagi kenapa sih? Kayaknya demen banget gitu ngeledek gue, yang lagi pendekatan sama lu!”

“eh?” Beby memebelalakan matanya ketika mendengar pernyataan Aji.

“waduhhh, ni anak.. uang jajan masih minta sama mama papa aja udah sok-sok an mau deketin Beby! Ck- jangan mau Beb, aku serius.. dia gak qualified buat kamu!”
ledek Shania. Beby tertawa renyah.

Lingkup Shania dan Beby terasa kembali hidup ketika Aji dan Subhan menghampiri mereka, dan memulai obrolan dengan candaan. Beby merasa tenang kelihatannya saat melihat Shania tertawa ‘Ha- Hi- Hu’ dengan kedua teman sekelas mereka itu, meski dalam hati tetap memendam pertanyaan pada perubahan sikap Shania yang masih belum dia ketahui penyebabnya.

“Chub, lu kenapa sih? Malah diem aja bukannya bantuin! Sohib lu lagi di serang nih sama inceran lu!”

celetuk Aji, setelah dia kehabisan kata untuk menjawab ledekan Shania. Shania berhenti bicara dan melebarkan bola matanya ketika mendengar Aji bicara seperti itu.

“apaan si lu Ji? Inceran-inceran, lu pikir dia barang apa?”
ucap Subhan dengan nada dia buat sepasti mungkin agar tidak terdengar kikuk.
“emh, pake gak ngaku lagi, kan kita udah deal-deal lan, gue ngincer Beby terus lu ngincer Sha.-”
“Euh! Gue lupa si Aji belum minum obat, makanya dia ngomong rada ngelantur!” potong Subhan dengan membekap mulut Aji
“Beby, Shania.. gue sama si kumpret cabut duluan ya! Keburu ni anak ngeluarin tingkah yang lebih aneh dan bikin kalian risih!! Heheee…” lanjutnya, sambil menyeret Aji dengan masih membekap mulutnya.

Beby dan Shania yang ditinggalkan diam sejenak, saling pandang lalu... tertawa bareng. Beberapa detik mereka tertawa, sampai tawa masing-masing terhenti, dan pikiran mereka.. mengulang adegan barusan + ucapan yang dibilang Aji tentang incaran dan juga Subhan yang sepertinya malu-malu, saat mendengar pernyataan temanya sendiri yaitu si Aji.


...Belum Selesai...
^_^aku tunggu responnya ya 
Arigatou ne...


CERBUNG PELANGI DALAM SAKURA

...PELANGI DALAM SAKURA...
*1st Chapter*

Tuhan, Keluarga, dan Teman, 3 hal penting yang bisa membuat kehidupan seseorang lebih hidup. 3 hal itu bagaikan bunga Sakura yang mekar, menemani dalam keindahan kala kita merasakan bahagia. Bagaikan pelangi yang muncul setelah hujan, ketika hati kita merasakan kesedihan, ia hadir dalam warnanya yang memberi kebahagiaan.

Jika salah satu dari ke 3 nya ada yang hilang, maka sebagian dari apa yang di jalani akan terasa berbeda.

Kehilangan Tuhan dalam hati dan jalan hidup, Kehilangan pelukan dan nasehat dari keluarga dalam perjalanan hidup, dan kehilangan genggaman lembut dari seorang teman saat berbagi tawa dan sedih dalam mengejar mimpi di kehidupan, akan membuat perjalanan kehidupan kita bagai berjalan di musim semi tanpa bermekarannya Sakura. Melewati guyuran hujan tanpa adanya pelangi yang bisa kita lihat setelahnya.

Menjalani kehidupan tanpa rasa, tanpa asa, dan tanpa mimpi... itulah kehidupan ketika kita kehilangan Tuhan, Keluarga dan Sahabat! tidak ada lagi Pelangi dalam Sakura...


Namanya Shania Junianatha, saat ini dia baru berusia 15th. Kehidupannya bisa dibilang sempurna, dalam kehangatan keluarga di sebuah hunian yang sederhana, ia dan kedua orang tuanya beserta kakak satu-satunya menjalani setiap jalan yang di berikan oleh Tuhan dalam kehidupannya. Jatuh bangun selalu bisa keluarga kecil yang harmonis itu lewati.

“Maaaah, Kak Ve jahil tuh! Masa makan siang Shania di duluin sih..” Dengan nada manja Shania mengadu,
“kalo kakak sama adek boleh kayak gitu, tapi kalo adek ke kakak, gak boleh kayak gitu.. heheheeee  :p” jawab Veranda yang lebih akrab dan lebih suka di panggil Ve. Shania memanyunkan bibirnya pada kakak nya itu.

“Kak Veranda… jangan gitu dong sama adiknya!” ucap mama mencoba menengahi
“tuh denger apa kata mama, kak V..E..RANDA!! Hahahaa..”
ledek Shania, karena Ve memang tidak suka jika di panggil dengan begitu lengkap, kalaupun mau, biasanya teman-teman dia, suka memanggilnya Jessica atau cukup dengan Ve saja.

Kedua adik-kakak itu sangat terlihat harmonis dan juga akrab, meski kadang suka ada selingan bercanda, seperti yang di lakukan Ve pada Shania.


Jogja tempat kelahirannya, selain memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, ia pun memiliki sahabat, mereka berteman sudah dari kecil. Beby Chaesara Anadila nama sahabatnya, mereka tinggal dalam satu komplek dengan letak rumahnya yang bersebrangan. Keduanya terlihat sangat akrab, kompak, saling menjaga dan menyayangi satu-sama lain, untuk Shania 'keluarga Beby adalah keluarganya juga' dan untuk Beby 'keluara Shania adalah keluarganya juga', dia juga punya panggilan yang hanya Beby yang memanggilnya dengan nama itu… Shanju panggilannya.

Shania itu... periang, supel, baik, tidak pilih-pilih teman, cepat akrab dengan orang yang baru ia kenal. Beda dengan Beby yang sedikit pemalu dan selalu kesulitan untuk memulai percakapan jika dengan orang yang baru ia kenal. Seperti waktu mereka pertama kali bertemu dan berkenalan.


*Ting-Tong*
“selamat siang...”
seorang ibu beserta anak perempuannya yang bersembunyi di belakang tubuhnya, berdiri di depan pintu rumah.

“ya, tunggu sebentar...”
terdengar sahutan dari dalam rumah yang bernuansa khas Jogja dengan sentuhan minimalis di beberapa titik itu.

“Shania datanggggg...”

*cklek* saat pintu rumah terbuka, si ibu yang ada di luar terheran karena tadi ia mendengar sahutan itu suara dari perempuan dewasa, tapi yang keluar malah anak kecil.

“siang tante, mau cari siapa?”
tanya Shania pada ibu itu, si ibu tersenyum hangat lalu berjongkok
“pintar sekali kamu nak, nama kamu siapa? mama kamu ada sayang?” lalu ia bertanya

“nama aku Shania, tante temannya mama ya? mama ada tante.. lagi masak di dapur” jawabnya dengan sedikit menjelaskan
“tante mau bantuin mama masak ya? Ya udah ayo masuk tante, mama lagi kerepotan soalnya, kalo tante bantuin mama, makan siangnya pasti cepat selesa,-“

“Shaaaania... itu gak sopan sayang, ada tamu itu harusnya di persilahkan masuk, bukan malah di ajak ngobrol di depan pintu!” mama Shania datang dari belakang

“eh, mama.. mama kok kesini sih, kan lagi masak mah? Entar masakanya gosong loh!” ujar Shania pada mama nya, mama dan ibu yang sedang berdiri tersenyum dengan tingkah Shania.

“hus, kamu itu.. mama di belakang cuma masak air, gak mungkin gosong lah!” jawab mama sambil melihat si ibu yang usianya sepertinya sama dengannya.

“huh? Masak air? Shania gak makan si,-”
“aduhh, bawel.. itu tamunya kasian dari tadi berdiri terus!”
Shania diam dalam bekapan lembut mamanya, keduanya memang terlihat sangat akrab.
“ayo jeng silahkan masuk, maklum anak-anak!” kata mama Shania

“gak apa-apa jeng, namanya juga anak-anak, saya senang melihatnya, anak jeng begitu aktif, sudah begitu, pintar.. lagi”
puji si ibu “oh ya, jadi lupa.. nama saya Ana, saya warga baru di komplek ini jeng.. saya beserta keluarga tinggal di rumah seberang, saya bermaksud untuk mengunjungi tetangga, biar lebih akrab jeng!"
jelasnya pada mama Shania berpanjang lebar

“ohh, jadi jeng warga baru, pantes... saya belum pernah lihat jeng”

sementara kedua ibu itu saling mengenalkan diri, Shania malah sedang asik sendiri mengamati Beby yang masih ngumpet di belakang tubuh ibunya, dan Beby hanya bisa mencuri-curi pandang pada Shania dengan wajah malu-malu.

“ehh.. tante, tante... itu... itu anak tante ya?”
tunjuk Shania, Ibunya Beby melihat anaknya, lalu tersenyum
“iya, itu anak tante sayang.. namanya Beby, dia sangat pemalu..”
“emm… Hai Beby, nama aku Shania... Beby, mau main gak sama Shania? Mau yah!” tanpa banyak pertanyaan, Shania segera memperkenalkan dirinya dan sok akrab dengan Beby, lalu meraih tangan Beby dan membawanya masuk ke dalam rumah (emang dasarnya dia akraban dari kecil), ibunya Beby dan mamanya Shania tersenyum melihat kedua anak itu. Yang satu begitu aktif dan satunya terlihat sangat pemalu.


Dari sanalah Shania kecil dan Beby kecil mulai jalinan pertemanan yang lambat-laun tumbuh menjadi persahabatan. Keduanya selalu bersama menghabiskan waktu, bermain sehabis pulang sekolah, menonton kartun favorit bersama. sungguh, masa kecil yang penuh dengan keceriaan di tengah keluarga yang bahagia. mereka menghabiskan waktunya dalam selimut persahabatan.



“haah- Beby, lari kamu cepet banget sih... capek tahu ngejarnya!” keluh Shania, kini mereka sedang berdiri di sebuah jembatan yang menghubungkan kelurahan komplek tempat tinggal mereka dengan kelurahan satunya, yang terpisah oleh anak sungai.

Shania dan Beby baru pulang sekolah, tepatnya mereka baru pulang dari sekolah setelah mencurat-coret pakaian mereka dengan pilok karena hari ini hari kelulusan mereka dari Sekolah Dasar.

“ah, dasar kamunya aja yang malas! Baru juga lari segitu udah kecapek an, gimana kalo ngejar aku yang bakal lari ke Jepang!! :)”
dengan senyum manis yang memperlihatkan lesung pipinya Beby bicara

“Huh? Lari… ke Jepang? JEPANG woy bukan Jepara! Gimana bisa, ke jepang lari! Delusi sih Delusi~ tapi gak segitu nya juga kali!! –a” sahut Shania

“ya! Makanya pinteran dikit nangkep makna kalo orang bicara, Lari kan gak selalu berarti lari telanjang kaki, Shanjuuu!”

“iya, iya- tahu deh yang pinter mah! Lagian kan jawabanku cuma becanda, biar gak garing aja !! Shania berkilah, Beby hanya tersenyum.

Di sekolah, Beby memang di kenal pintar dalam hal akademi, sementara Shania tidak terlalu (bukan berarti tidak pintar loh!). Sahabat ada untuk saling melengkapi dalam kekurangan, hingga adanya kata sempurna. Beby meski pintar dalam masalah yang menyangkut belajar dan pelajaran, sifat bawaan dari dia kecil tidak pernah hilang, dia tetaplah Beby yang pemalu dan susah untuk membuka pergaulannya. Dan Shania, dalam hal akademis memang di bawah Beby, tapi dalam hal sifat untuk membangun chemistry dengan orang lain dalam social… dialah Masternya. Selama ini dia yang selalu mengajak Beby untuk kenal dengan si A, K, B atau lainnya si J, K, T dan teman-teman-teman-teman- lainnya.

“suatu hari nanti, aku akan bawa lari kamu ke Jepang! Kita akan lihat Pohon Sakura yang sedang bermekaran secara langsung, terus kita abadikan moment disana biar nanti anak-cucu kita tahu tentang kisah persahabatan kita, kalo perlu kita pahat di pohon itu… tulisan favorit kita,-”

“Pelangi Dalam Sakura”
“Pelangi Dalam Sakura”
Keduanya mengucapkan kalimat itu secara bersamaan, lalu tertawa bareng.

“Hahahaaa- ya, ya,-- suatu hari... Suatu hari nanti... itu pasti datang! Iya kan?”
“emp!” Beby mengangguk pasti sambil tersenyum,
mereka berdua bertatapan dalam tawa renyah memimpikan negara sakura, lalu melihat lagi kearah anak sungai dari atas jembatan yang sedang mereka pijaki.

Dari semenjak akrab dan saling berbagi cerita, mereka ternyata memiliki satu kesamaan, yaitu Pelangi dan bunga Sakura. Dengan masing-masing alasan yang keduanya ungkapkan tentang kenapa mereka suka dengan Pelangi dan Sakura yang jika di pikir-pikir sepertinya tidak ada kaitannya.

Bahkan mereka mempunyai satu kalimat favorit yaitu 'Pelangi Dalam Sakura' yang artinya mereka akan saling melengkapi dalam mengarungi sungai kehidupan untuk mencapai impian. Kegagalan, keberhasilan, kesedihan, keceriaan, masalah, dan kebahagiaan. mereka akan terus saling berbagi dalam genggaman tangan.
pelangi itu lambang keceriaan ketika mereka merasakan kesedihan, dan sakura itu lambang kebahagiaan ketika mereka berhasil mencapai titik yang di tuju. Kedua hal itu seperti malam dan siang untuk Shania dan Beby, mereka mungkin memang masih kecil, tapi itulah... hasil pemikiran dari mereka yang masih polos dan hanya bisa melihat masalah dari orang-orang di sekitar mereka yang mereka lalui.

Mengambil pelajaran dari masalah orang lain bukan sesuatu yang salah kan? 

“Hey! Gimana kalo kita balap lari sampe ke rumah.. yang sampai duluan bakal dapet D,-”
belum Shania menyelesaikan ucapannya, Beby sudah berlari lebih dulu “BEBYYyyy! itu curang namanya, aku belum selesai sama hadiahnya!!” teriak Shania sambil menunjuk Beby

“kan kamu yang belum selesai, aku sih udah! Yang sampai duluan bakal dapet DVD Sakura No Ushiro Ni Reinbo buat di tonton lebih dulu, iya kan? kalo gitu aku Deal, i got it!! Hahahaa~” Beby terus berlari di depan Shania “makanya jangan kebanyakan bicara, jadi ketinggalan kan!!”

“Argh! Beby nyebelinnnnn...--” teriak Shania yang mulai meningkatkan speed larinya untuk mengejar Beby.




***
“Shania, bangun!”
“hem~”
“mau sampe jam berapa tidurnya? Bukalah mata kamu, dek! Lihat tuh keluar, matahari udah mulai naik!!”
“iyaaa ahhh-- bawel nih kakak!”
sambil menggaruk rambutnya, lalu menyembunyikan kembali wajahnya dalam guling Shania menjawab Ve.

“ya udah, kalo gitu… selamat mendapat hukuman di hari pertama ospek kamu... tukang tidur!”
Ve berbisik pada adiknya itu, sampai Shania membuka matanya dengan kekagetan saat mendengar kata hukuman dan ospek

“HAH! ini hari senin, Shania ospek!”
ucapnya sambil terbangun dan tergesa keluar dari selimutnya
“kenapa kakak baru bangunin sih! Shania jadi telat nih!!”
dengan posisi tangannya mengubek ini-itu untuk mencari handuk, matanya terbelalak ketika handuk sudah di dapat tapi melihat jam dinding '06.20' “Aaaa--- kak Veeeeee, Shania telat abis nih...”

“makanya, jangan KEBO jadi anak! Alarm kamu aja kedengeran sampai di meja makan, masa kamu yang di sebelahnya gak bisa denger!!”

“malah ceramah lagi! Awas ahh, Shania mau gosok gigi sama cuci muka!!”

“eh? Mandi sekalian!”
Ve setengah berteriak, karena Shania sudah berlari keluar kamar

“nggak ahh, entar di sekolah juga bakal keringetan lagi... di bantai ama senior!!”
sahutnya lalu *jleek* menutup pintu kamar mandi yang mengeluarkan suara keras, Ve hanya bias menggelengkan kepalanya.

Orang tua Ve dan Shania sudah berangkat kerja dari jam 6 tadi, semula hanya papa yang bekerja tapi 2bulan sebelumnya, mama meminta ijin pada papa agar di perbolehkan kerja dengan alasan bosan di rumah karena anak-anak mereka sudah besar dan mama.. tidak tahu harus melakukan apa ketika ada di rumah, tadinya ada mamanya Beby yang menemani kegiatan mama Shania. Seperti kedua anaknya, ibu mereka pun menjalin hubungan pertemanan yang cukup akrab. Namun, sudah 6bulan sebelum Beby lulus dari Sekolah Dasar, mama nya mendapat pekerjaan di sebuah rumah sakit sebagai perawat, karena memang basic nya mama Beby itu lulusan sekolah keperawatan.
Jadi... mama Shania pun memutuskan untuk meminta ijin mencari pekerjaan, alhasil ia dapat kerja dengan posisi sebagai assisten Marketing di sebuah perusahaan Garment yang sedang merintis.

Awalnya papa tidak menyetujui keinginan mama, mama mengeluarkan semua alibinya untuk meyakinkan papa kalau mama perlu kerja selain untuk mengusir rasa jenuhnya itu juga untuk tabungan pendidikan kedua puterinya. Mama terus menekan, dan ia seperti mendapat angin segar karena mendapat dukungan dari Shania dan juga Ve, yang merasa kasihan pada mama nya yang jika mereka pulang mama sedang tertidur di sofa ruang keluarga atau terlihat begitu bosan untuk melakukan sesuatu. Akhirnya papa kalah, 2 suara lawan 1, Papa pun mengijinkan dengan syarat mama tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai ibu untuk Shania dan Ve, juga sebagai istri untuknya, selain itu mama tidak boleh terlalu overwork, Kalau sudah mendapat pekerjaan, papa takut jika mama jatuh sakit nantinya.



‘Selamat pagi untuk semua calon siswa-siswi SMP N 48 Jogja......’
suara dari kepala sekolah mulai membuka acara Ospek di tahun pelajaran baru.

Shania terlihat tengah berlari dari arah luar gerbang Sekolah, dengan nafas yang terus dia pakai untuk mendorongnya berlari kencang, lari- lari- lari- dan terus berlari untuk segera memijakan kakinya di sekolah, namun sial... untuknya, meski speed berlarinya tidak terlalu cepat, tetapi karena ia tergesa-gesa dan hanya fokus pada sekolah yang tinggal beberapa meter lagi di depan mata, akhirnya membuat kakinya saling bertubrukan dan.... *gedebrukk* Shania jatuh dengan posisi tengkurep, lututnya mendarat lebih dulu mencium aspal berwarna abu dengan kerikil halus tapi bisa membuat lutut Shania berlukiskan goresan merah.

“Aaawww, hssss--” ia meringis setelah tubuhnya mendarat
“Sssiallll-- hari pertama ospek, telat, jatuh lagi!! Aduhh...”
Shania tidak langsung berdiri setelah pose jatuhnya, ia terduduk diatas aspal itu sambil menggerutu akan kesialannya, dan memperhatikan luka gores di lututnya.
“kerjaan kak Ve nih, bukannya bangunin! Kalo susah pake suara dari mulut, pake toa mesjid ke!! Hss--” ..... “ini malah, berhasil bangunin pas udah telat! Emang kurang banget tuh punya kakak satu!!” … “mana ni lutut sakit lagi!!”

“hmm-- malah nyalahin kakaknya, bukannya introspeksi!!”
Shania mendongakan kepalanya melihat orang yang bicara
“Ayo bangun, mau sampai kapan duduk disana!?”
ia menyipitkan matanya untuk mengenali si empunya suara yang berdiri di depannya
“Hoooy! Mau bangun gak? Atau aku tinggalin masuk duluan ke sekolah!”

“Beby...”
Shania menyebutkan nama yang punya suara, yang tak lain adalah sahabatnya sendiri

“iyalah, ini aku Beby! Cepetan bangun!!”
Beby mengulurkan tangannya untuk membantu Shania berdiri.

“Ha!  Bebyyyyyyy, thanks God!! Kenapa kamu masih di luar!? Telat ya? :D” Shania terlihat senang, ia menyambut tangan Beby dan berdiri “aduhhh, anak pintar ternyata bisa telat juga ya?! Hahaa, bagus Beb, kita emang Soulmate! Aku telat kamu ikutan telat!! hahahaaa-- cocok deh!”

“iya, aku telat.. tahu gak kenapa telatnya? Itu karena aku nungguin kamu!” balas Beby, mereka saling berdiri berhadapan

“Eh? Kok nyalahin aku sih, udah... sama-sama telat mah jangan suka nyari alasan! :p” seru Shania

“mm… ya sudahlah, yuk masuk! kita sudah sangat terlambat di hari pertama ini!”
ucap Beby mengajak Shania, dan Shania pun membalas ajakan Beby dengan anggukan.
“emm,, emang bener ya? Kamu telat karena nungguin aku dulu? Di depan gerbang gitu? Sendirian? Beby soooo sweet… ”

Keduanya mulai berjalan menuju sekolah, dalam perjalanan mereka berbincang ria sambil bercanda padahal sudah telat untuk mengikuti ospek. Selain itu mereka juga bicara, kalau nanti kena hukuman dari senior, apalagi hukuman yang aneh-aneh. Jangan sampai hukuman itu berbuntut panjang hingga menjadi cerita nostalgila di waktu ospek, lalu salah satu dari mereka bercerita pada orang lain yang akhirnya akan membuat mereka malu. 


Seperti yang mereka bicarakan tentang hukuman keterlambatan, mereka memang berhasil masuk kedalam sekolah dan ikut berbaur dalam barisan paling belakang calon murid, ketika kepala sekolah sedang memberi sedikit sambutan sebelum akhirnya meresmikan acara ospeknya. Namun, setelah acara pembukaan selesai... bukannya di suruh masuk untuk mengikuti kegiatan selanjutnya, mereka berdua malah di panggil senior yang adalah panitia Ospek di SMP saat itu. Keduanya diberi hukuman untuk bernyanyi dan menari gokil di depan seniornya, setelah selesai mereka dipaksa jalan bebek menuju ruangan untuk mengikuti ospek.

“Beb, ni senior asem juga ya! Liat aja ntar kalo aku udah resmi jadi murid disini-,”
“emang kamu mau ngapain sama kakak senior itu?”
“aku kerjain balik lah! Belum tahu dia siapa Shania, hehe-”
“ck, kayak yang berani aja!!”
“eits, jangan salah... yang bicara ini Shanjuuu, aku pasti berani lah!!”

“Heh! Kalian berdua, jalan yang benar, malah bisik-bisik lagi! Mau hukumannya di tambah? Mau kalian dari jalan jongkok jadi jalan tengkurep buat balik ke kelas!!”
si senior terdengar tegas. Shania dan Beby yang tadi bisik-bisik seketika terdiam dan menggelengkan kepalanya karena tidak ingin hukuman mereka di tambah oleh senior-seniornya.


...Belum Selesai...  aku tunggu responnya ya 
Arigatou ne...


Chrome Pointer